Selasa, 16 Desember 2014

Yuukk....budayakan membaca

Lagi-lagi inspirasi menulis didapatkan dari sekitar. Kali ini saya dapatkan ketika berkunjung ke salah satu toko buku di mall untuk membeli buku yang saya tunggu sejak akhir November lalu, "A Simple Life" by Desi Anwar. Akhirnya terbit juga ya, congratz Mba Desi (kenal juga ga gw hehehe).
Baiklah, saya tidak akan membahas isi buku itu tetapi lebih ingin membahas tentang budaya membaca.

Terlahir dari Ayah yang gemar membaca, mungkin itu menurun kepada saya. Ayah yang seorang kontraktor bangunan kala itu, ditengah kesibukannya pergi pagi pulang malam, Ayah masih bisa sempatkan waktu untuk membaca. Apa saja Ayah baca, entah koran, buku, majalah dll. Maka tidak heran walau hanya seorang pegawai, tetapi Ayah mengerti politik bahkan dapat dengan fasih mengajarkan kalkulus atau aljabar matematika kepada saya. 

Jorge Luis Borges, penulis kenamaan Argentina, pernah mengungkapkan, diantara semua instrumen manusia yang paling penting, tak diragukan lagi, adalah buku. Menurutnya, seperti juga mikroskop/teleskop bagi penglihatan, lalu telepon bagi pendengaran/suara, maka buku adalah kepanjangan dari ingatan dan imajinasi.
Saya sepakat dengan pendapat itu. Buku bisa membuat kita menengok jauh sekali ke masa lalu, mengenal sejarah, dan mengenal bangsa kita. Hal itu tentu saja tidak bisa dianggap enteng. Sastrawan terbaik Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, pernah berujar, "Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya, kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya. Kalau dia tak mengenal sejarahnya. Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya.”

Tetapi tengok lah sekarang, sepertinya minat baca bangsa Indonesia sangat kurang. Sederhana saja, berapa kali dalam sebulan kita mengunjungi toko buku ? siapa pengarang favorite kita? apa buku favorite kita? 
Hasil survei UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menunjukkan, minat baca bangsa Indonesia merupakan yang terendah di ASEAN. Menurut UNESCO, indeks minat membaca Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, dalam setiap seribu orang Indonesia, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Tragis kan?

Mari kita timbulkan kesadaran di dalam diri kita, keluarga atau komunitas besar lainnya untuk gemar membaca. Yang biasanya gemar menuruti anak main ke wahana bermain, sekarang ganti spot yang lebih edukatif, ke toko buku, mungkin membosankan diawal namun lama-lama akan terbiasa jika para orang tua juga membiasakan habit ini. 
Saya berharap, kedepan Indonesia bisa menjadi “bangsa pembaca buku”. Kita tidak lagi susah menemukan orang membaca di atas bis, kereta api, bandara, taman, dan lain-lain.


Any book that helps a child to form a habit of reading, to make reading one of his deep and continuing needs, is good for him (Maya Angelou)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar