Selasa, 16 Desember 2014

Listening with Eyes, Seeing with Ears

Tulisan saya kali ini, mempunyai alasan yang sederhana, karena kebanyakan orang di zaman hedonis seperti sekarang lebih senang berbicara/berkomentar daripada mendengar/melihat. Menarik untuk mengutip BrainyQuote dari beberapa orang hebat menurut versi saya yang dengan Simple Words nya bisa diambil makna dan pelajaran hidup. Sebut saja :

I like to listen. I have learned a great deal from listening carefully - Ernest Hemingway

Listening with Eyes, Seeing with Ears - Gill "CSI" Grissom

Seeing much, suffering much and studying much, are three pillars of learning - Benjamin Disraeli

For every good reason there's to lie, there's a better reason to tell the truth - Bo Bennett

Kita hanya pengamat dan penikmat, bukan hakim - Supernova

Terkadang didalam sepi dikamar kost saya sering merenung sampai introspeksi diri, kenapa ya kita ini senang sekali berbicara daripada mendengar/melihat. Padahal contoh orang hebat sudah memberitahukan diatas sebagai pelajaran hidup kita, yang mungkin mereka pernah mengalami hal yang sama dengan kita dan sudah mengambil hikmahnya. 

"INGIN", ini penyebabnya mungkin. Hati-hati dengan INGIN mu/saya karena seringkali itu adalah penyebab utama terampasnya kebahagiaanmu atau penyebab dosa mu.

INGIN Dihargai
INGIN Dihormati
INGIN Diistimewakan
INGIN Dimengerti 
INGIN Dimaklumi
INGIN Diapresiasi
INGIN Dimuliakan
Dan masih banyak ingin-ingin lainnya.

Kemarin, ya baru saja kemarin saya lagi-lagi mendapatkan pengalaman berharga. Terima kasih kawan karena engkau mengajarkan ku banyak pelajaran. Belajar agar kelak ilmuku bertambah, aku tidak seperti engkau yang dengan mudah menghakimi orang. Agar kelak pengetahuanku berkembang, untuk berusaha menyampaikan kepada orang yang fakir ilmu seperti saya dengan bahasa yang mudah dimengerti tapi bukan menghakimi. Agar kelak aku tahu aku tidak bisa mengendalikan emosiku bahkan aku tahu bakal tidak bisa mengeluarkan kata-kata baik, aku lebih baik diam karena agama saya mengajarkan seperti itu.

Kita tidak akan pernah tahu masa depan kita seperti apa. Masa depan bukan hanya terkait dengan uang, pekerjaan, keluarga dsb, tapi lebih penting PRIBADI kita ini akan menjadi bagaimana. Bisa jadi orang yang kita hina, kita tunjuk salah bahkan kita remehkan, satu saat entah kapan, dia akan lebih kaffah ketauhidannya daripada diri kita sendiri, akan jauh lebih baik pribadinya. Atau sebaliknya, orang yang kita puja bahkan mungkin diri kita sendiri yang mempunyai sifat ujub, justru satu saat tidak bisa istiqomah...Wallahualam bi showab...

Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu).

Orang mukmin itu bukan orang yang suka melaknat - HR Turmudzi

=======================================================================

Dear diriku sendiri,
Bila aku belum dapat berbenah diri, janganlah aku berusaha mengoreksi org lain.
Bila aku belum sanggup merubah sifat, janganlah aku menilai org lain
Dan bila aku belum terampil menjadi contoh, janganlah aku menggurui org lain
Menjadi bijak berarti telah mampu untuk menilai, mengoreksi bahkan menggurui diri sendiri hingga berubah menjadi lebih baik lagi, bahkan memarahi dan menghukum diri sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar