Selasa, 16 Desember 2014

Wise within your words

Orang mukmin itu bukan orang yang suka melaknat ~ HR Turmudzi
Half of seeming clever is keeping your mouth shut at the right times ~ Patrick Rothfuss




Seseorang suatu ketika mengeluh 'Saya sudah sering sekali mendengarkan ceramah, menyimak mubaligh yang menyampaikan kebenaran, dan mengkaji sendiri buku-buku tentang ajaran Islam. Akan tetapi, mengapa ketika saya menyampaikannya kepada orang lain, rasa-rasanya kata-kata ini selalu saja tidak cocok dengan yang ada di dalam kalbu? Dan yang lebih menyedihkan lagi, mengapa kata-kata yang keluar dari lisan ini tampaknya seperti masuk ke telinga kanan keluar lagi dari telinga kiri? Sama sekali tidak menimbulkan kesan dan tidak pula berbekas di dalam pikiran maupun hati orang yang mendengarkannya."
Seandainya saja keluhan tersebut adalah yang juga kita pertanyakan selama ini, maka bisa jadi kata-kata berhikmah dari lman Ibnu Atho'illah berikut ini sebagai jawabannya. “Cahaya (nuur) para ahli hikmah (ahli ma'rifat) itu selalu mendahului perkataan mereka. Karenanya, manakala telah mendapat penerangan dari cahaya tersebut maka sampailah kalimat yang mereka ucapkan itu." tulisnya dalam kitab Al Hikam.
Kalimat Ibnu Atho'illah di atas kurang lebih dapat diartikan, bahwa orang-orang yang telah mengenal Allah dengan baik selalu sadar bahwa kebenaran itu milik Allah. Akibatnya, kalau mau mengucapkan sesuatu, selalu hatinya terlebih dahulu berlindung kepada Allah dari tipu daya syetan dan memohon kepada-Nya agar lidahnya dapat menjadi jalan kebenaran.
Hal seperti inilah yang mungkin jarang dilakukan oleh kebanyakan orang. Biasanya kalau kita ingin menyampaikan sesuatu kepada orang orang lain, kita akan sangat sibuk merekayasa kata-kata yang akan diucapkan. Jarang kita lakukan ketika ingin berbicara, sibuk meminta pertolongan kepada Allah Azza wa JaIla. Padahal, yang mengetahui kebenaran hanyalah Allah. Benar menurut kita belum tentu benar menurut Allah.

Ucapan = lidah, dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Andai saja kita semua tahu dan paham dengan kekuatan kata-kata, mungkin kita akan berhati-hati ketika berucap. Karena hanya diperlukan beberapa kata untuk membangkitkan amarah seseorang dan dibutuhkan beberapa kata juga untuk menenangkan seseorang.

Kita bisa saja tak suka dengan apa yang kita lihat, tak suka dengan apa yang orang lain perbuat, tak suka dengan apa yang orang lain tulis atau katakan. Namun, kritikan, lontaran, dan tanggapan yang kita berikan terhadap hal-hal yang tak kita suka itu tak bisa seenaknya kita keluarkan dari mulut kita. Segala perkataan yang dikeluarkan harus tetap kita pikirkan dengan matang agar tak menyinggung perasaan orang lain. Itulah kedewasaan dan kematangan berpikir yang hakiki. Kata-kata yang kita keluarkan dari mulut bisa menunjukkan karakter kita seperti apa. Dan orang lain juga bisa menilai diri kita dari perkataan kita itu.

Dan buat saya " Respect itu dibangun BUKAN diminta" dan semua berawal dari sederhana sebelum sikap kita yaitu kata-kata. Karena setiap kata-kata yang kita keluarkan akan menunjukkan siapa diri kita sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar